Terjemahan Al-Quran berbahasa Ibrani itu
akan digarap Majma’ bekerjsama dengan Universitas Al-Azhar Mesir,
khususnya jurusan bahasa Ibrani pada Fakultas Bahasa dan Terjemah.
Sekretaris Jenderal Majma’ Dr. Muhammad al-’Aufi, dalam wawancaranya
dengan harian berbahasa Arab yang terbit di London, as-Syarq al-Awsath,
pekan lalu, menyatakan, proyek tersebut juga akan melibatkan para
penerjemah profesional-tersumpah bahasa Arab-Ibrani.
“Setelah 17 tahun sejak masa berdirinya,
Majma’ telah mencetak lebih dari 165 juta eksemplar Al-Qur’an, 145 juta
di antaranya telah disebarkan ke seluruh pelosok dunia,” terang
al-’Aufi.
Inisiatif Majma’ untuk menerjemahkan
Al-Qur’an ke dalam bahasa resmi negara Israel itu terinspirasi oleh
Dewan Tinggi untuk Urusan Keislaman (al-Majlis al-A’la li as-Syu’un
al-Islamiyyah) Mesir yang pada bulan Juni lalu telah mulai menggarap
terjemah Al-Qur’an dalam bahasa Ibrani.
Tujuan Majlis A’la dalam upaya
menerjemahkan Al-Qur’an dalam bahasa Ibrani sendiri adalah untuk
mengenalkan Al-Qur’an dan ajaran Islam kepada publik Yahudi dan siapa
saja yang menggunakan bahasa itu.
Diperkirakan, proyek ini akan rampung
dalam rentang waktu 2 tahun. Selain telah mencetak Al-Qur’an dalam
jumlah ratusan juta eksemplar, Majma’ juga telah menerjemahkan Al-Qur’an
ke dalam lebih dari 50 bahasa dunia.
Bahasa Ibrani merupakan salah satu
turunan bahasa Semit, yang juga masih saudara serumpun dari bahasa Arab.
Bahasa Ibrani lebih tua dan purba daripada bahasa Arab selama ribuan
tahun lamanya. Pada kenyataannya, banyak sekali kesamaan yang ditemukan
dalam bahasa Arab dan Ibrani, baik dari segi phonography, ejaan huruf,
bentuk sighat (derifasi), hingga kosa kata.
Abjad Ibrani terdiri dari 22 huruf. Abjad
Ibrani pada bagan di atas hanya terdiri dari konsonan saja (juga
termasuk huruf alef dan ayin). Karena teks Ibrani kuno hanya ditulis
dalam bentuk konsonan saja (tanpa vokal), maka pelafalannya didasarkan
pada tradisi lisan yang turun-temurun dari generasi ke generasi.
Sistem penulisan vokal baru muncul
sekitar tahun 500 M sampai 1000 M. Sistem penulisan vokal ini diadakan
dengan tujuan untuk melestarikan tradisi lisan tersebut. Teks Ibrani
kuno yang tanpa vokal tersebut disebut ‘teks tanpa titik’.
Gulungan-gulungan yang terdapat di
sinagoge-sinagoge dewasa ini ditulis dengan tidak membubuhkan vokal
sebagaimana kebanyakan buku-buku, majalah-majalah dan
surat-kabar-surat-kabar yang dicetak dalam huruf Ibrani modern.
Penulisan yang dibubuhi vokal sangat besar manfaatnya bagi para pemula
yang belajar bahasa Ibrani.